TikTok Akan Batasi Screen Time Remaja Hanya 1 Jam Per Hari


TikTok Akan Batasi Screen Time Remaja Hanya 1 Jam Per Hari

Tangkapan Layar Aplikasi Tiktok, Foto: Kwarta5 
Kwarta5.com Jakarta,-Tik Tok berencana menetapkan batas waktu layar harian (screen time) hanya 60 menit untuk pengguna yang berusia di bawah 18 tahun. Setelah satu jam, pengguna harus memasukkan kode sandi jika ingin terus menggunakan aplikasi video pendek itu.

Sebagaimana dikutip dari BBC, ketentuan ini tidak wajib. Pengguna TikTok dapat memilih untuk tidak berpartisipasi. Pembatasan screen time ini akan diluncurkan "dalam beberapa minggu mendatang".

ByteDance, induk TikTok dari Tiongkok, mengatakan fitur pembatasan ini mulai dikembangkan setelah tahun lalu muncul permintaan untuk mendorong remaja mengurangi screen time mereka.

Pengguna platform harus berusia minimal 13 tahun, dan sebagai bagian dari fitur baru ini, siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun akan menerima notifikasi rekap waktu layar mereka secara mingguan.

Setelah satu jam menggunakan TikTok, pengguna akan menerima kode sandi batas waktu baru di layar aplikasi mereka. Siapa pun yang memilih keluar dari batasan 60 menit yang baru, tetapi terus menggunakan aplikasi selama 100 menit sehari, akan menerima permintaan dari TikTok untuk mengatur screen time mereka sendiri.

Orang tua dari anak-anak yang menggunakan opsi Family Pairing di aplikasi juga akan dapat mengatur batas waktu layar, serta mengakses dasbor yang akan memberikan perincian penggunaan aplikasi.

Cormac Keenan, kepala kepercayaan dan keamanan di TikTok, mengatakan perusahaan telah bekerja sama dengan para peneliti dalam mengembangkan batasan baru tersebut.

"Meskipun tidak ada konsensus mengenai jumlah waktu layar yang 'tepat', atau bahkan dampak waktu layar secara lebih luas, kami disarankan oleh penelitian akademis dan pakar dari Digital Wellness Lab di Rumah Sakit Anak Boston dalam memilih batas ini," kata Keenan kepada BBC.

Pengamat media sosial menyambut baik pembatasan ini, tetapi masalah TikTok ibarat "puncak gunung es". Dalam arti, masih banyak isu mendesak yang harus diperbaiki.

Imran Ahmed, kepala eksekutif Center for Countering Digital Hate, baru-baru ini menerbitkan penelitian yang menunjukkan algoritma TikTok membombardir remaja dengan konten berbahaya.

"Algoritma TikTok ibarat candu Ini adalah yang paling membuat ketagihan, ini yang paling berbahaya dan yang paling perlu ditangani dengan segera."

Ahmed mengatakan kepada BBC bahwa pusat penelitiannya pada akhir tahun lalu menemukan bahwa dalam beberapa menit setelah membuka akun TikTok, seorang pengguna perempuan berusia 13 tahun menerima gangguan makan dan konten menyakiti diri sendiri di feed-nya.

Red/il



Lebih baru Lebih lama